Selasa, 22 Februari 2011

Tahukan kamu arti menjadi ketua?


That’s right, you are a leader. Tetapi kamu jangan menganggap bahwa: just because you are one of the cleverest person in the class, you can be a leader! Kepandaian itu bukan satu-satunya factor untuk mengandalkan diri menjadi ketua atau pemimpin. Memimpin itu ada seninya, karena harus mampu menerjemahkan hal-hal yang perlu dikerjakan, sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Sebagai ketua atau pemimin itu, kamu ibaratnya di panggul orang. Karena kamu diangkat, kamu memperoleh pandangan yang lebih jauh dan lebih luas. Kamu harus mampu menggambarkan apa yang ada di hadapanmu, seluas dan sejauh yang dapat kamu lihat dengan jelas, kepada orang lain.

Kemudian kamu diangkat, kamu harus senantiasa , melihat ke bawah. Sebab kalau tidak, kamu tetntu jatuh. Kamu juga harus memperhatikan seberapa jauh mereka kuat mengangkat. Ssedangkan kalau, melihat ke atas, hanya kekosongan yang kamu lihat. Tetapi yang ke atas itu, hanyalah kamu dengan TUHAN. Itu adalah hubungan satu-satunya. Tidak dapat dilihat orang.kalau ingin melihat orang, kamu harus melihat kebawah, dan harus memperhatikan orang yang akan membantu kamu.

Orang dapat mencapai suatu tingkat tertentu dalam kehidupan dengan bermacam-macam cara. Ada yang pintar dan baik, tetapi tetap di bawah. Ada yang kurang pandai dapat sampai ketas dan disenangi orang. Itu berarti bahwa kepandaian bukan satu-astunya syarat menjadi pemimpin. Jadi, bagaimana seseorang itu sampai pada suatu tingkatan tertentu, sedikit banyaknya di tentukan oleh kepandaian dan kepribadian. Melalui kepribadian kamu dapat melihat watak seseorang.

Watak is character. Watak itu dapat kamu lihat kalau kamu dapat membedakan orang yang prinsipil dengan orang yang keras kepala. Antara orang yang fleksibel dengan orang yang oportunis. Watak itu dapat dilihat dari apa dan bagaimaa isi pikiran seseorang, bagaimana cara dia mengungkapkan , menyampaikan dan mempertahankan pendapat atas pendiriannya kepada orang lain.

Mengenai penilaian keberhasilan harus dilihat dari dua arah. Pertama dari yang atasmu; kemudian dari orang-orang yang kamu pimpin, yang kamu mintakan bantuannya. Hanya lewat penilaian dari kedua belah pihak itulah yang sebenarnya menggambarkan penilaian keberhasilan yang objektif.

''Nasihat May. Jen Sutoyo alm (Pahlawan Revolusi) kepada putri tunggalnya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar