Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
Diriku adalah kumpulan kertas kosong
Walau selalu berusaha untuk kutulis
Diriku adalah pena yang tak kan pernah habis
Pena langka karna kutahu
Ku harus menjaganya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
Tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku
untuk
Aku dan Tulisanku…..!
Irma tazkiyya
struggle
Selasa, 22 Februari 2011
Tahukan kamu arti menjadi ketua?
That’s right, you are a leader. Tetapi kamu jangan menganggap bahwa: just because you are one of the cleverest person in the class, you can be a leader! Kepandaian itu bukan satu-satunya factor untuk mengandalkan diri menjadi ketua atau pemimpin. Memimpin itu ada seninya, karena harus mampu menerjemahkan hal-hal yang perlu dikerjakan, sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Sebagai ketua atau pemimin itu, kamu ibaratnya di panggul orang. Karena kamu diangkat, kamu memperoleh pandangan yang lebih jauh dan lebih luas. Kamu harus mampu menggambarkan apa yang ada di hadapanmu, seluas dan sejauh yang dapat kamu lihat dengan jelas, kepada orang lain.
Kemudian kamu diangkat, kamu harus senantiasa , melihat ke bawah. Sebab kalau tidak, kamu tetntu jatuh. Kamu juga harus memperhatikan seberapa jauh mereka kuat mengangkat. Ssedangkan kalau, melihat ke atas, hanya kekosongan yang kamu lihat. Tetapi yang ke atas itu, hanyalah kamu dengan TUHAN. Itu adalah hubungan satu-satunya. Tidak dapat dilihat orang.kalau ingin melihat orang, kamu harus melihat kebawah, dan harus memperhatikan orang yang akan membantu kamu.
Orang dapat mencapai suatu tingkat tertentu dalam kehidupan dengan bermacam-macam cara. Ada yang pintar dan baik, tetapi tetap di bawah. Ada yang kurang pandai dapat sampai ketas dan disenangi orang. Itu berarti bahwa kepandaian bukan satu-astunya syarat menjadi pemimpin. Jadi, bagaimana seseorang itu sampai pada suatu tingkatan tertentu, sedikit banyaknya di tentukan oleh kepandaian dan kepribadian. Melalui kepribadian kamu dapat melihat watak seseorang.
Watak is character. Watak itu dapat kamu lihat kalau kamu dapat membedakan orang yang prinsipil dengan orang yang keras kepala. Antara orang yang fleksibel dengan orang yang oportunis. Watak itu dapat dilihat dari apa dan bagaimaa isi pikiran seseorang, bagaimana cara dia mengungkapkan , menyampaikan dan mempertahankan pendapat atas pendiriannya kepada orang lain.
Mengenai penilaian keberhasilan harus dilihat dari dua arah. Pertama dari yang atasmu; kemudian dari orang-orang yang kamu pimpin, yang kamu mintakan bantuannya. Hanya lewat penilaian dari kedua belah pihak itulah yang sebenarnya menggambarkan penilaian keberhasilan yang objektif.
''Nasihat May. Jen Sutoyo alm (Pahlawan Revolusi) kepada putri tunggalnya"
little history
Semenjak tahun 1998 sampai sekarang, atau pada masa krisis moneter melanda perekonomian negeri ini, keluarga saya mengalami gulung tikar (bangkrut) dalam usaha ber-wiraswatanya. Harta keluarga seperti rumah, mobil, tanah sudah terjual untuk membuat modal kembali usaha keluarga, tetapi hasilnya sama sekali tidak ada perubahan. Saya adalah anak ke dua dari lima bersaudara, ironisnya saat perekonomian keluarga berada dibawah, anak-anaknya sedang butuh biaya pendidikan yang semakin mahal.
Saya termasuk lulusan terbaik di MA. Setelah selesai SMA, ingin rasanya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebagai pintu gerbang menuju cita-cita saya menjadi tenaga kesehatan. Tetapi nyatanya, untuk duduk dibangku kuliah itu sungguh sangat sulit ketika ekonomi keluarga sangat buruk. Walaupun ekonomi keluaga sangat tidak memungkinkan, saya masih punyai keyakinan pasti ini semua ada jalan keluarnya. Setelah ujian nasional SMA, saya dipanggil oleh wakil kepala sekolah untuk mengikuti PMDK di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebuah kampus peradaban yang menetapkan motto Knowledge, Piety, Integrity menghasilkan sebuah spirit untuk mewujudkan kampus madani, sebuah kampus yang berkeadaban, menghasilan alumni yang memiliki kedalaman, keluasaan ilmu, ketulusan hati, dan kepribadian kokoh. Menjadi keputusan akhir saya untuk mendaftar PMDK UIN. Uang pendaftaran PMDK orang tua saya meminjam ke saudara, karena memang kami tidak mempunyai uang. Beberapa minggu setelah saya mendaftar, hasilnya saya lulus di UIN. Sungguh ada perasaan bahagia sekaligus bingung, karena orang tua atau saya tidak punya uang seperak pun untuk daftar ulang. Waktu saya hanya 2 minggu untuk mencari uang ‘jutaan’ itu, berbagai cara saya dan orangtua berusaha tetapi hasilnya nol. Dari yang kehujanan, kepanasan, nyasar cari alamat saya lalui sendiri untuk mencari uang masuk kuliah. Saya pun pasrah, tetapi di balik kepasrahan saya, hati kecil yakin Allah akan menjamin rizki bagi hambanya yang menuntut ilmu. Dua hari sebelum nama saya dicoret dari kelulusan PMDK UIN, karena belum daftar ulang. Saya di panggil oleh pihak sekolah, ternyata pihak sekolah mengetahui kesulitan yang saya alami dan akhirnya pihak sekolah pun yang membiyai uang masuk di kampus tercinta UIN, selain itu saya diminta menjadi asisten laboraturium MIPA sekolah selama 1 tahun. Subhanallah, Maha Besar Allah atas kemurahanNya. Sujud syukur, saya haturkan untuk Sang Pencipta Kehidupan Tiada Tanding.
Saat menjadi mahasiswa, kesulitan keuangan menemani aktifitasku selama 4 tahun. Saya memang mendapatkan beasiswa, tetapi uang beasiswa itu tidak mencukupi untuk biaya kuliah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Saya harus benar-benar pintar membagi waktu antara belajar, kuliah, berorganisasi dan mencari tambahan uang. Bersyukur walau keluarga ekonomi nya sangat buruk, tetapi semangat orangtua dan doa merekalah yang menjadi kekuatan untuk terus bertahan. Rumah kamipun sudah dijual untuk membiayai pendidikan anak-anaknya dan membeli rumah yang lebih murah. Banyak hal yang ingin diceritakan, tetapi sangat tidak cukup jika hanya dibatasi dengan 500 kata. Sejarah hidup saya menjadi kekuatan yang luar biasa dan membentuk karakter pribadi ini.
Kesimpulan yang ingin saya sampaikan adalah teruslah berjuang dan bermimpi untuk perubahan. Terkadang Allah menginginkan kita untuk jatuh, sakit, kalah dan menangis agar kita mengerti arti sabar dan syukur sebenarnya atau hanya untuk sadarkan kita bahwa kebahagiaan, kemenangan dan keberhasilan butuh sebuah kolam keringat dan air mata. SEMANGAT!!
Saya termasuk lulusan terbaik di MA. Setelah selesai SMA, ingin rasanya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebagai pintu gerbang menuju cita-cita saya menjadi tenaga kesehatan. Tetapi nyatanya, untuk duduk dibangku kuliah itu sungguh sangat sulit ketika ekonomi keluarga sangat buruk. Walaupun ekonomi keluaga sangat tidak memungkinkan, saya masih punyai keyakinan pasti ini semua ada jalan keluarnya. Setelah ujian nasional SMA, saya dipanggil oleh wakil kepala sekolah untuk mengikuti PMDK di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebuah kampus peradaban yang menetapkan motto Knowledge, Piety, Integrity menghasilkan sebuah spirit untuk mewujudkan kampus madani, sebuah kampus yang berkeadaban, menghasilan alumni yang memiliki kedalaman, keluasaan ilmu, ketulusan hati, dan kepribadian kokoh. Menjadi keputusan akhir saya untuk mendaftar PMDK UIN. Uang pendaftaran PMDK orang tua saya meminjam ke saudara, karena memang kami tidak mempunyai uang. Beberapa minggu setelah saya mendaftar, hasilnya saya lulus di UIN. Sungguh ada perasaan bahagia sekaligus bingung, karena orang tua atau saya tidak punya uang seperak pun untuk daftar ulang. Waktu saya hanya 2 minggu untuk mencari uang ‘jutaan’ itu, berbagai cara saya dan orangtua berusaha tetapi hasilnya nol. Dari yang kehujanan, kepanasan, nyasar cari alamat saya lalui sendiri untuk mencari uang masuk kuliah. Saya pun pasrah, tetapi di balik kepasrahan saya, hati kecil yakin Allah akan menjamin rizki bagi hambanya yang menuntut ilmu. Dua hari sebelum nama saya dicoret dari kelulusan PMDK UIN, karena belum daftar ulang. Saya di panggil oleh pihak sekolah, ternyata pihak sekolah mengetahui kesulitan yang saya alami dan akhirnya pihak sekolah pun yang membiyai uang masuk di kampus tercinta UIN, selain itu saya diminta menjadi asisten laboraturium MIPA sekolah selama 1 tahun. Subhanallah, Maha Besar Allah atas kemurahanNya. Sujud syukur, saya haturkan untuk Sang Pencipta Kehidupan Tiada Tanding.
Saat menjadi mahasiswa, kesulitan keuangan menemani aktifitasku selama 4 tahun. Saya memang mendapatkan beasiswa, tetapi uang beasiswa itu tidak mencukupi untuk biaya kuliah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Saya harus benar-benar pintar membagi waktu antara belajar, kuliah, berorganisasi dan mencari tambahan uang. Bersyukur walau keluarga ekonomi nya sangat buruk, tetapi semangat orangtua dan doa merekalah yang menjadi kekuatan untuk terus bertahan. Rumah kamipun sudah dijual untuk membiayai pendidikan anak-anaknya dan membeli rumah yang lebih murah. Banyak hal yang ingin diceritakan, tetapi sangat tidak cukup jika hanya dibatasi dengan 500 kata. Sejarah hidup saya menjadi kekuatan yang luar biasa dan membentuk karakter pribadi ini.
Kesimpulan yang ingin saya sampaikan adalah teruslah berjuang dan bermimpi untuk perubahan. Terkadang Allah menginginkan kita untuk jatuh, sakit, kalah dan menangis agar kita mengerti arti sabar dan syukur sebenarnya atau hanya untuk sadarkan kita bahwa kebahagiaan, kemenangan dan keberhasilan butuh sebuah kolam keringat dan air mata. SEMANGAT!!
Rabu, 19 Januari 2011
Menjadi seorang Pengamat
beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca buku, judul bukunya saya lupa tentang apa.. tetapi ada kalimat yang selalu menghantui pikiran saya...
"MENJADI SEORANG PENGAMAT"
menarik yah... dan sadarilah semua hal disekitarmu...
Bayangkan matamu sebagai kamera bioskop. pertama-tama ambil pemandangan besar, lalu fokuskan pada orang, objek-objek, gerakan-gerakan dan percakapan-percakapan.
Memerhatikan semua gerakan, seperti tangan yang terangkat atau peralihan ucapan, dapat memberitahumu mengenai apa dan siapa yang kamu lihat dan kamu dengar.
Dalam benakmu, uraikan cerita dalam kalimat-kalimatmu sendiri, langsung saat semua fakta tertangkap oleh inderamu...
Selanjutnya... kamu akan melihat
KAMU ADALAH SEORANG PENULIS
"MENJADI SEORANG PENGAMAT"
menarik yah... dan sadarilah semua hal disekitarmu...
Bayangkan matamu sebagai kamera bioskop. pertama-tama ambil pemandangan besar, lalu fokuskan pada orang, objek-objek, gerakan-gerakan dan percakapan-percakapan.
Memerhatikan semua gerakan, seperti tangan yang terangkat atau peralihan ucapan, dapat memberitahumu mengenai apa dan siapa yang kamu lihat dan kamu dengar.
Dalam benakmu, uraikan cerita dalam kalimat-kalimatmu sendiri, langsung saat semua fakta tertangkap oleh inderamu...
Selanjutnya... kamu akan melihat
KAMU ADALAH SEORANG PENULIS
Keperawatan Islam Masa Kini
Falsafah kepererawatan islam, suatu keyakinan yang mendasari profesi keperawatan. Keyakinan pertama bila kita mencermati beberapa dalil dan sejarah sebagaimana tersirat didalam ayat maupun hadist. Diantaranya dalam surat Asy-Syuara:80 “dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkanku”. Dalam konteks perawatan islam, kita banyak menemukan beberapa kisah dalam Al-Quran dan Al-hadist saat orang islam mengalami peperangan dengan kaum musyrikin dan kafir yang berakibat terjadinya korban. Dimana korban dirawat oleh para sahabat dan kaum muslimat yang menjadi team kesehatan Rasulullah SAW. Diantaranya Umi Rufaidah yang merupakan tokoh keperawatan dijaman Rasulullah
Perawatan muslim pertama sudah ada jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse lahir kedunia. Kegiatan pelayanan keperawatan telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama Siti Rufaidah pada zaman nabi Muhammad SAW, yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan. Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) jadi seimbang. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal maupun non verbal harus diteruskan turun-temurun dari generasi ke generasi dalam perawat islam masa kini.
Cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam.
Menelah lebih jauh tentang keperawatan spiritual, pada dasarnya manusia terdiri dari 2 komponen penting yang mendukung manusia untuk melakukan segala kegiatan, komponen itu adalah jasad dan roh. Tanpa roh seseorang tidak akan berarti, karena jasad manusia tanpa roh adalah tidak jauh beda dengan bangkai yang berbau tidak sedap. Sedangkan roh tanpa bagaikan angin yang teramat sulit untuk meyentuh apapun ataupun melakukan perbuatan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Raga atau jasad bisa mengetahui dengan pengelihatan mata, sedang jiwa bisa mengetahui dengan bashirah (mata hati). Masing-masing memiliki bentuk dan gambaran sendiri-sendiri, bisa baik dan bisa buruk. Jiwa yang bisa mengetahui dengan bashirah, lebih besar kedudukannya daripada jasad yang bisa mengetahui dengan pengelihatan mata. Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan.dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syari’ah islam.
Manusia adalah makhluk utuh yang dapat berfikir abstrak dan berbuat dan juga manusia merupakan makhluk sosial, psiko, bio, politik dan mempunyai kebutuhan dasar bermacam-macam dengan tingkat perkembangannya selalu berusaha memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut di dasarkan pada potensi yang ada padanya. Manusia secara terus-menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan. Selain itu manusia dapat belajar dan merubah tingkah laku serta lingkungannya untuk menuju yang lebih baik. Pandangan tentang manusia sangat di pengaruhi falsafah setiap bangsa sehingga dengan kaitannya konsep keperawatan pandangan tersebut akan mewarnai pola konsep perawatan yang dianut oleh suatu bangsa.
Dalam menjalankan kehidupannya manusia tidak lepas dari rasa lelah dan sakit. Seseorang dikatakan sakit jika mengalami keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang tersebut sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik jasmani, rohani dan sosial. Di saat sakit seseorang memerlukan seorang figur manusia yang berkompetensi untuk merubah keadaan sakitnya menjadi keadaan sehat. Sebagai contohnya adalah perawat.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari suatu program pendidikan dasar perawatan, memenuhi syarat di beri wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan bertanggung jawab. Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada klien atau pasien dengan memberikan tindakan yang di fungsikan untuk mengubah keadaan lahiriah atau batiniah yang sakit menjadi lebih baik yang mana tindakan ini memiliki tujuan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat luas, untuk mencegah perkembangan penyakit, melakukan pengobatan/perawatan orang sakit dan untuk merehabilitasi seseorang yang sakit.
Realita keperawatan secara islami memberikan tolak ukur untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik. Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia, akan tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan syariah islam yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam. Seorang perawat islam masa kini harus menyadari untuk mewujudkan perawat yang profesional itu haruslah memiliki kualitas sehingga mampu bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan (fastabiqul khairat). Itulah sebabnya, untuk menjadikan diri yang berkualitas, perawat tak kenal berhenti untuk terus belajar, belajar dan belajar. Perawatpun harus menyadari bahwa tiga potensi dirinya, yaitu head, heart, dan hand, hanyalah sebuah khayalan bila tidak ditambah dengan sikap yang mutlak diperlukan, yaitu hard working.
Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja. Perawat muslim yang beretos kerja memiliki semacam semangat untuk memberikan pengaruh positif kepada lingkungannya. Keberadaan dirinya diukur oleh sejauh mana potensi yang dimilikinya memberikan makna dan pengaruh yang mendalam bagi orang lain. Perawat ada karena banyak orang yang maemerlukan perawatan. Perawat ada karena perawat memberikan makna bagi kehidupan.
Perawat muslim harus memiliki etos kerja islam yang baik dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaan diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwin).
Senada dengan kata ihsan, di dalam Al-quran kita temukan pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang bersungguh-sungguh, akurat dan sempurna (an-Naml:88). Akibatnya, seorang muslim yang mempunyai kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu yang bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati (mediocre). Seorang perawat harus memiliki kualitas hati (quality of your heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah Spiritual intelligent.
Seorang perawat muslim yang professional harus bekerja dan pekerjaannya sebagai aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan seorang muslim harus penuh dengan tantangan (challenging), tidak monoton dan selalu berupaya untuk mencari terobosan-terobosan baru (innovative) dalam melakukan perawatan kepada pasien, bagaimana cara mengkolaborasi dari ilmu pengetahuan, ilmu keperawatan dan seni dalam merawat serta tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan. Ada motivasi dalam hatinya untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya. Jiwanya gelisah jika berada dalam kondisi statis. Jiwanya merintih apabila setiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang dimaksudkan sebagai semangat perubahan (spirit of change).
Ibarat meneguk air laut, kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam adalah agama yang dinamis dan penuh energy, tidak pernah mengenal kamus berhenti dalam berbuat kebaikan, menggapai prestasi Ilahiah. Profesi keperawatan merupakan ladang ibadah kita, manakala kita lakukan dengan penuh kesungguhan serta penuh keihklasan. Oleh karenanya untuk dapat melaksanakan tugas profesi yang bernilai ibadah tentunya perlu dilandasasi oleh kaidah-kaidah agama yang kita yakini bersama.
Oleh: Irma Tazkiyya
Perawatan muslim pertama sudah ada jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse lahir kedunia. Kegiatan pelayanan keperawatan telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama Siti Rufaidah pada zaman nabi Muhammad SAW, yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan. Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) jadi seimbang. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal maupun non verbal harus diteruskan turun-temurun dari generasi ke generasi dalam perawat islam masa kini.
Cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam.
Menelah lebih jauh tentang keperawatan spiritual, pada dasarnya manusia terdiri dari 2 komponen penting yang mendukung manusia untuk melakukan segala kegiatan, komponen itu adalah jasad dan roh. Tanpa roh seseorang tidak akan berarti, karena jasad manusia tanpa roh adalah tidak jauh beda dengan bangkai yang berbau tidak sedap. Sedangkan roh tanpa bagaikan angin yang teramat sulit untuk meyentuh apapun ataupun melakukan perbuatan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Raga atau jasad bisa mengetahui dengan pengelihatan mata, sedang jiwa bisa mengetahui dengan bashirah (mata hati). Masing-masing memiliki bentuk dan gambaran sendiri-sendiri, bisa baik dan bisa buruk. Jiwa yang bisa mengetahui dengan bashirah, lebih besar kedudukannya daripada jasad yang bisa mengetahui dengan pengelihatan mata. Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan.dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syari’ah islam.
Manusia adalah makhluk utuh yang dapat berfikir abstrak dan berbuat dan juga manusia merupakan makhluk sosial, psiko, bio, politik dan mempunyai kebutuhan dasar bermacam-macam dengan tingkat perkembangannya selalu berusaha memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut di dasarkan pada potensi yang ada padanya. Manusia secara terus-menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan. Selain itu manusia dapat belajar dan merubah tingkah laku serta lingkungannya untuk menuju yang lebih baik. Pandangan tentang manusia sangat di pengaruhi falsafah setiap bangsa sehingga dengan kaitannya konsep keperawatan pandangan tersebut akan mewarnai pola konsep perawatan yang dianut oleh suatu bangsa.
Dalam menjalankan kehidupannya manusia tidak lepas dari rasa lelah dan sakit. Seseorang dikatakan sakit jika mengalami keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang tersebut sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik jasmani, rohani dan sosial. Di saat sakit seseorang memerlukan seorang figur manusia yang berkompetensi untuk merubah keadaan sakitnya menjadi keadaan sehat. Sebagai contohnya adalah perawat.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari suatu program pendidikan dasar perawatan, memenuhi syarat di beri wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan bertanggung jawab. Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada klien atau pasien dengan memberikan tindakan yang di fungsikan untuk mengubah keadaan lahiriah atau batiniah yang sakit menjadi lebih baik yang mana tindakan ini memiliki tujuan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat luas, untuk mencegah perkembangan penyakit, melakukan pengobatan/perawatan orang sakit dan untuk merehabilitasi seseorang yang sakit.
Realita keperawatan secara islami memberikan tolak ukur untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik. Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia, akan tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan syariah islam yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam. Seorang perawat islam masa kini harus menyadari untuk mewujudkan perawat yang profesional itu haruslah memiliki kualitas sehingga mampu bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan (fastabiqul khairat). Itulah sebabnya, untuk menjadikan diri yang berkualitas, perawat tak kenal berhenti untuk terus belajar, belajar dan belajar. Perawatpun harus menyadari bahwa tiga potensi dirinya, yaitu head, heart, dan hand, hanyalah sebuah khayalan bila tidak ditambah dengan sikap yang mutlak diperlukan, yaitu hard working.
Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja. Perawat muslim yang beretos kerja memiliki semacam semangat untuk memberikan pengaruh positif kepada lingkungannya. Keberadaan dirinya diukur oleh sejauh mana potensi yang dimilikinya memberikan makna dan pengaruh yang mendalam bagi orang lain. Perawat ada karena banyak orang yang maemerlukan perawatan. Perawat ada karena perawat memberikan makna bagi kehidupan.
Perawat muslim harus memiliki etos kerja islam yang baik dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaan diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwin).
Senada dengan kata ihsan, di dalam Al-quran kita temukan pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang bersungguh-sungguh, akurat dan sempurna (an-Naml:88). Akibatnya, seorang muslim yang mempunyai kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu yang bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati (mediocre). Seorang perawat harus memiliki kualitas hati (quality of your heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah Spiritual intelligent.
Seorang perawat muslim yang professional harus bekerja dan pekerjaannya sebagai aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan seorang muslim harus penuh dengan tantangan (challenging), tidak monoton dan selalu berupaya untuk mencari terobosan-terobosan baru (innovative) dalam melakukan perawatan kepada pasien, bagaimana cara mengkolaborasi dari ilmu pengetahuan, ilmu keperawatan dan seni dalam merawat serta tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan. Ada motivasi dalam hatinya untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya. Jiwanya gelisah jika berada dalam kondisi statis. Jiwanya merintih apabila setiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang dimaksudkan sebagai semangat perubahan (spirit of change).
Ibarat meneguk air laut, kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam adalah agama yang dinamis dan penuh energy, tidak pernah mengenal kamus berhenti dalam berbuat kebaikan, menggapai prestasi Ilahiah. Profesi keperawatan merupakan ladang ibadah kita, manakala kita lakukan dengan penuh kesungguhan serta penuh keihklasan. Oleh karenanya untuk dapat melaksanakan tugas profesi yang bernilai ibadah tentunya perlu dilandasasi oleh kaidah-kaidah agama yang kita yakini bersama.
Oleh: Irma Tazkiyya
REKONSILIASI BUDAYA NASIONAL
BUDAYA
REKONSILIASI BUDAYA NASIONAL
Ironisnya bangsa Indonesia telah mengalami penyakit moral kronis yang sampai detik ini pun masih menjadi permasalahan yang sangat vital untuk sistem sosial masyarakat di Negri ini, terlalu banyak contoh untuk menggambarkan masalah moral, misalnya saja korupsi dan krisis pengakuan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Lantas, adakah obat mujarab untuk menyelesaikan masalah ini, rekonsiliasi budaya nasional, patut untuk diterapkan dengan konsep yang berbeda kita harus duduk bersama dengan penuh kesadaran untuk mengakui, memafkan dan berjanji dihadapan Tuhan untuk tidak lagi bekubang dalam dosa individu ataupun kolektif yang menyebabkan banyak korban. Jika rekonsiliasi nasional ini terwujud, harapan optimis dalam penyembuhan penyakit moral ini dapat diselesaikan dan membangun Indonesia yang punya kebanggaan, keteguhan, tidak minder, dan malu korupsi bisa terwujud.
REKONSILIASI BUDAYA NASIONAL
Ironisnya bangsa Indonesia telah mengalami penyakit moral kronis yang sampai detik ini pun masih menjadi permasalahan yang sangat vital untuk sistem sosial masyarakat di Negri ini, terlalu banyak contoh untuk menggambarkan masalah moral, misalnya saja korupsi dan krisis pengakuan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Lantas, adakah obat mujarab untuk menyelesaikan masalah ini, rekonsiliasi budaya nasional, patut untuk diterapkan dengan konsep yang berbeda kita harus duduk bersama dengan penuh kesadaran untuk mengakui, memafkan dan berjanji dihadapan Tuhan untuk tidak lagi bekubang dalam dosa individu ataupun kolektif yang menyebabkan banyak korban. Jika rekonsiliasi nasional ini terwujud, harapan optimis dalam penyembuhan penyakit moral ini dapat diselesaikan dan membangun Indonesia yang punya kebanggaan, keteguhan, tidak minder, dan malu korupsi bisa terwujud.
Geneologi Kekerasan Bermotif Agama di Indonesia
Oleh Irma Tazkiyya
INDONESIA, kini, bisa dikatakan sebagai sebuah negara yang paling banyak kebanjiran konflik. Mulai awal 2008 sampai bulan Juni ini, hampir sudah tak terhitung kasus yang mencuat di media massa. Sampai badan hukum pun terlihat kebingungan menanganinya. Karena konflik satu belum selesai, disusul konflik yang baru lagi.
Aksi anarkis 1 Juni yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) dan Komando Laskar Islam (KLI) terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) adalah potret betapa peliknya konflik kekerasan di negeri ini.
Sebagian orang mungkin bertanya, kenapa hal tersebut bisa terjadi? Dan kenapa pula yang melakukan tindak kekerasan tersebut adalah orang-orang yang mengatasnamakan sebagai pembela agama.
Tentunya hal ini menimbulkan ketidaksingkronan. Sebab, kalangan yang sebenarnya menjadi figur yang diteladani dan mengklaim dirinya sebagai pembela agama, ternyata berbalik menjadi pengusung keonaran.
Bila kita bercermin pada kondisi Indonesia kini, kekerasan akan bisa dilakukan siapa saja, tidak hanya kalangan yang mengatasnamakan agama. Sebab, di sini akan rentan terjadi konflik, jika masalah-masalah yang vital belum juga terpenuhi.
Secara psikologis tindakan kekerasan terjadi bukan hanya karena ingin melakukan pembelaan atau melakukan misi tertentu. Tetapi latar belakang kondisi juga sangat memengaruhi seseorang melakukan tindak kekerasan. Setidaknya, kita bisa melihat beberapa hal, berkaitan dengan hal tersebut.
Pertama, kondisi ekonomi yang lemah akibat sempitnya lapangan pekerjaan, akan menyebabkan mental warga ini menjadi keras dan mudah emosi serta mencari pelampiasan- pelampiasan pada hal lain.
Kedua, pendidikan yang rendah juga akan memudahkan seseorang melakukan tindakan-tindakan yang tidak menggunakan akal sehat. Sebab, dengan pendidikan yang rendah, cara berfikir mereka pun akan sempit sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan tidak melalui pemikiran yang matang terlebih dahulu. Masyarakat Indonesia yang masih rendah dalam bidang pendidikan ini, tentunya sangat mudah untuk digerakan kepada hal-hal yang tidak tepat, semacam anarkisme dan lain sebagainya.
Ketiga, aparat negara yang kurang tegas. Melemahnya hukum di negeri ini juga akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat dan sebagai dampaknya mereka akan melakukan penghakiman sendiri. Mungkin ini adalah bentuk prustasi masyarakat terhadap kekuatan hukum negara kita.
Sekarang, siapa sebenarnya yang harus disalahkan? Apakah pihak FPI dan KLI? ataukah AKKBB? Tentu, persolan salah menyalahkan, bukanlah hal yang relevan melihat realitas negeri yang sudah seperti ini. Yang terpenting adalah kita harus belajar dari itu semua; introspeksi diri, lebih-lebih mereka yang berwenang di negeri ini. Sebab, segala sesuatu terjadi itu pasti ada akar permasalahnya. Dan akar permasalahan tersebut kuncinya ada di tangan negara.
Amnesia Beragama
Menurut Habib Rizieq – ketua umum Front Pembela Islam (FPI), bahwa Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia. Tujuannya untuk mendorong berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam memperbaiki dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta berinisiatif membangun suatu tatanan sosial politik dan hukum yang sejalan dengan nilai-nilai syariat Islam.
Ketua umum FPI ini, seharusnya melihat landasan hukum yang ada di negara Indonesia. Mengingat karakteristik bangsa yang majemuk. Pembentukan organisasi yang berdasarkan syariat Islam dan bukan Pancasila inilah yang menjadikan bergulirnya wacana pemerintah Indonesia untuk membubarkan Ormas Islam yang bermasalah.
FPI yang mempunyai visi dan pandangan bahwa penegakan amar ma’ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauhkan kezhaliman dan kemungkaran. FPI berkeinginan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara tekstual di semua segi kehidupan manusia. Dengan tujuan menciptakan umat yang hidup dalam negeri yang baik. Dan dengan mengharapkan limpahan keberkahan dan keridhoan-Nya.
Dilihat dari fenomena yang terjadi sekarang, apa yang telah diperbuat mereka sama sekali tidak menjunjung visi tersebut. Menurut FPI motif untuk memperjuangkan syariat Islam adalah langkah yang sah. Sedangkan aksi-aksi untuk memperjuangkannya diupayakan untuk tetap tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Penuturan ini jauh dari realita yang ada. Bahwa setiap kali FPI melakukan aksi-aksi penertiban terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat atau bertentangan dengan syariat Islam, seringkalai berujung dengan kekerasan. FPI menjadi sangat terkenal karena aksi-aksinya yang kontroversial sejak tahun 1998. Terutama yang dilakukan oleh laskar militernya, yakni Laskar Pembela Islam.
Rangkaian aksi penutupan klab malam, tempat pelacuran dan tempat-tempat yang diklaim sebagai tempat maksiat, ancaman terhadap warga negara tertentu, penangkapan (sweeping) terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama lain adalah wajah FPI yang paling sering diperlihatkan dalam media massa. Tindakan FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain. Walaupun FPI membawa nama agama Islam, pada kenyataannya tindakan mereka bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam, bahkan tidak jarang menjurus ke vandalisme.
Memang sangat berat bagi sebagian hamba Allah untuk menerima perbedaan. Tetapi juga lebih berat lagi bagi sebagian orang untuk menerima kenyataan bahwa tidak ada tempatnya mengedepankan kekerasan dalam menyikapi sebuah permasalahan. Ketika saya melihat tanyangan televise, sungguh memalukan, untuk alasan apa pun tidak sepatutnya FPI melakukan kekerasan. Karena itu semua jauh dari ajaran Islam. Saya lihat sepak terjang FPI memang jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Sikap anarkis dengan membawa nama Islam akan mencoreng nama Islam tersebut. Kita boleh berprinsip keras, tetapi bukan anarkis. Seharusnya kalimat inilah yang harus dilontarkan FPI.
Inilah amnesia beragama. Ada sebagian unsur-unsur umat beragama yang sangat esensial dan masih dilupakan. Sehingga niat baik untuk menyebarkan dakwah Islam terkotori oleh emosi rendahan. Bukankah jika emosi mengalahkan logika akan banyak madharatnya?
Toleransi pada umat beragama hendaknya difokuskan pada upaya-upaya mencari pola untuk saling menghormati atas perbedaan yang ada tanpa rasa permusuhan. Dan ini jelas terkandung dalam kitab suci umat Islam Alquan. “Untukkmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS AlKafirun).
Kita harus meneropong posisi dan potensi Islam dalam perspektif yang benar dan adil. Inilah prasyarat utama memahami motif aksi dan reaksi umat Islam terhadap berbagai persoalan sosial dan politik. Islam bukanlah agama yang mengajarkan nilai-nilai permusuhan dan kebencian, apalagi anarkisme dan terorisme. Sebaliknya Islam mengajarkan nilai-nilai akhlakul karimah universal; nilai-nilai baku moral yang kompatibel yang bias diaplikasikan bagi seluruh umat manusia.
Dalam kitab suci umat Islam, Al-Quran, dinyatakan bahwa keberadaan Islam di muka bumi ini merupakan rahmat (kebaikan) yang bisa dinikmati semua makhluk yang ada di alam semesta ini (rahmatan lil alamin). Nilai-nilai ajaran Islam juga mencakup wilayah kebaikan yang sangat luas. Mulai dari petunjuk cara bersosialisasi yang lebih baik, nilai-nilai akhlak yang memuliakan esensi hidup manusia, sistem politik dan hukum yang adil, pola perdagangan yang adil hingga konsep pengelolaan energi dan lingkungan hidup yang berkesinambungan.
Kehadiran gerakan Islam terjadi karena adanya ketidakadilan yang dialami umat Islam dan adanya gerakan-gerakan lokal dan global yang mengancam nilai-nilai akidah (keimanan) umat Islam. Upaya pembelaan umat Islam secara terorganisasi merupakan hal mendesak yang dilakukan karena globalisasi saat ini sudah menjelma menjadi penjajahan gaya baru. Melalui upaya-upaya pemaksaan sistem politik, budaya, dan sosial pada bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Upaya-upaya pengrusakan yang dilakukan umat Islam sendiri perlu dihadapi dengan tegas. Misalnya upaya pembiasan makna pluralitas atau upaya liberalisasi ajaran Islam. Islam sangat menghargai adanya pluralitas dalam hubungan sosial antar berbagai bangsa termasuk hubungan sosial antar umat beragama. Wallahu ‘alam.
Irma Tazkiyya
- Mahasiswa UIN Jakarta, semester 4
- Ketua Umum Pimpinan Komisariat DISTEKPERTUM IMM Ciputat
INDONESIA, kini, bisa dikatakan sebagai sebuah negara yang paling banyak kebanjiran konflik. Mulai awal 2008 sampai bulan Juni ini, hampir sudah tak terhitung kasus yang mencuat di media massa. Sampai badan hukum pun terlihat kebingungan menanganinya. Karena konflik satu belum selesai, disusul konflik yang baru lagi.
Aksi anarkis 1 Juni yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) dan Komando Laskar Islam (KLI) terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) adalah potret betapa peliknya konflik kekerasan di negeri ini.
Sebagian orang mungkin bertanya, kenapa hal tersebut bisa terjadi? Dan kenapa pula yang melakukan tindak kekerasan tersebut adalah orang-orang yang mengatasnamakan sebagai pembela agama.
Tentunya hal ini menimbulkan ketidaksingkronan. Sebab, kalangan yang sebenarnya menjadi figur yang diteladani dan mengklaim dirinya sebagai pembela agama, ternyata berbalik menjadi pengusung keonaran.
Bila kita bercermin pada kondisi Indonesia kini, kekerasan akan bisa dilakukan siapa saja, tidak hanya kalangan yang mengatasnamakan agama. Sebab, di sini akan rentan terjadi konflik, jika masalah-masalah yang vital belum juga terpenuhi.
Secara psikologis tindakan kekerasan terjadi bukan hanya karena ingin melakukan pembelaan atau melakukan misi tertentu. Tetapi latar belakang kondisi juga sangat memengaruhi seseorang melakukan tindak kekerasan. Setidaknya, kita bisa melihat beberapa hal, berkaitan dengan hal tersebut.
Pertama, kondisi ekonomi yang lemah akibat sempitnya lapangan pekerjaan, akan menyebabkan mental warga ini menjadi keras dan mudah emosi serta mencari pelampiasan- pelampiasan pada hal lain.
Kedua, pendidikan yang rendah juga akan memudahkan seseorang melakukan tindakan-tindakan yang tidak menggunakan akal sehat. Sebab, dengan pendidikan yang rendah, cara berfikir mereka pun akan sempit sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan tidak melalui pemikiran yang matang terlebih dahulu. Masyarakat Indonesia yang masih rendah dalam bidang pendidikan ini, tentunya sangat mudah untuk digerakan kepada hal-hal yang tidak tepat, semacam anarkisme dan lain sebagainya.
Ketiga, aparat negara yang kurang tegas. Melemahnya hukum di negeri ini juga akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat dan sebagai dampaknya mereka akan melakukan penghakiman sendiri. Mungkin ini adalah bentuk prustasi masyarakat terhadap kekuatan hukum negara kita.
Sekarang, siapa sebenarnya yang harus disalahkan? Apakah pihak FPI dan KLI? ataukah AKKBB? Tentu, persolan salah menyalahkan, bukanlah hal yang relevan melihat realitas negeri yang sudah seperti ini. Yang terpenting adalah kita harus belajar dari itu semua; introspeksi diri, lebih-lebih mereka yang berwenang di negeri ini. Sebab, segala sesuatu terjadi itu pasti ada akar permasalahnya. Dan akar permasalahan tersebut kuncinya ada di tangan negara.
Amnesia Beragama
Menurut Habib Rizieq – ketua umum Front Pembela Islam (FPI), bahwa Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia. Tujuannya untuk mendorong berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam memperbaiki dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta berinisiatif membangun suatu tatanan sosial politik dan hukum yang sejalan dengan nilai-nilai syariat Islam.
Ketua umum FPI ini, seharusnya melihat landasan hukum yang ada di negara Indonesia. Mengingat karakteristik bangsa yang majemuk. Pembentukan organisasi yang berdasarkan syariat Islam dan bukan Pancasila inilah yang menjadikan bergulirnya wacana pemerintah Indonesia untuk membubarkan Ormas Islam yang bermasalah.
FPI yang mempunyai visi dan pandangan bahwa penegakan amar ma’ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauhkan kezhaliman dan kemungkaran. FPI berkeinginan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara tekstual di semua segi kehidupan manusia. Dengan tujuan menciptakan umat yang hidup dalam negeri yang baik. Dan dengan mengharapkan limpahan keberkahan dan keridhoan-Nya.
Dilihat dari fenomena yang terjadi sekarang, apa yang telah diperbuat mereka sama sekali tidak menjunjung visi tersebut. Menurut FPI motif untuk memperjuangkan syariat Islam adalah langkah yang sah. Sedangkan aksi-aksi untuk memperjuangkannya diupayakan untuk tetap tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Penuturan ini jauh dari realita yang ada. Bahwa setiap kali FPI melakukan aksi-aksi penertiban terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat atau bertentangan dengan syariat Islam, seringkalai berujung dengan kekerasan. FPI menjadi sangat terkenal karena aksi-aksinya yang kontroversial sejak tahun 1998. Terutama yang dilakukan oleh laskar militernya, yakni Laskar Pembela Islam.
Rangkaian aksi penutupan klab malam, tempat pelacuran dan tempat-tempat yang diklaim sebagai tempat maksiat, ancaman terhadap warga negara tertentu, penangkapan (sweeping) terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama lain adalah wajah FPI yang paling sering diperlihatkan dalam media massa. Tindakan FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain. Walaupun FPI membawa nama agama Islam, pada kenyataannya tindakan mereka bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam, bahkan tidak jarang menjurus ke vandalisme.
Memang sangat berat bagi sebagian hamba Allah untuk menerima perbedaan. Tetapi juga lebih berat lagi bagi sebagian orang untuk menerima kenyataan bahwa tidak ada tempatnya mengedepankan kekerasan dalam menyikapi sebuah permasalahan. Ketika saya melihat tanyangan televise, sungguh memalukan, untuk alasan apa pun tidak sepatutnya FPI melakukan kekerasan. Karena itu semua jauh dari ajaran Islam. Saya lihat sepak terjang FPI memang jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Sikap anarkis dengan membawa nama Islam akan mencoreng nama Islam tersebut. Kita boleh berprinsip keras, tetapi bukan anarkis. Seharusnya kalimat inilah yang harus dilontarkan FPI.
Inilah amnesia beragama. Ada sebagian unsur-unsur umat beragama yang sangat esensial dan masih dilupakan. Sehingga niat baik untuk menyebarkan dakwah Islam terkotori oleh emosi rendahan. Bukankah jika emosi mengalahkan logika akan banyak madharatnya?
Toleransi pada umat beragama hendaknya difokuskan pada upaya-upaya mencari pola untuk saling menghormati atas perbedaan yang ada tanpa rasa permusuhan. Dan ini jelas terkandung dalam kitab suci umat Islam Alquan. “Untukkmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS AlKafirun).
Kita harus meneropong posisi dan potensi Islam dalam perspektif yang benar dan adil. Inilah prasyarat utama memahami motif aksi dan reaksi umat Islam terhadap berbagai persoalan sosial dan politik. Islam bukanlah agama yang mengajarkan nilai-nilai permusuhan dan kebencian, apalagi anarkisme dan terorisme. Sebaliknya Islam mengajarkan nilai-nilai akhlakul karimah universal; nilai-nilai baku moral yang kompatibel yang bias diaplikasikan bagi seluruh umat manusia.
Dalam kitab suci umat Islam, Al-Quran, dinyatakan bahwa keberadaan Islam di muka bumi ini merupakan rahmat (kebaikan) yang bisa dinikmati semua makhluk yang ada di alam semesta ini (rahmatan lil alamin). Nilai-nilai ajaran Islam juga mencakup wilayah kebaikan yang sangat luas. Mulai dari petunjuk cara bersosialisasi yang lebih baik, nilai-nilai akhlak yang memuliakan esensi hidup manusia, sistem politik dan hukum yang adil, pola perdagangan yang adil hingga konsep pengelolaan energi dan lingkungan hidup yang berkesinambungan.
Kehadiran gerakan Islam terjadi karena adanya ketidakadilan yang dialami umat Islam dan adanya gerakan-gerakan lokal dan global yang mengancam nilai-nilai akidah (keimanan) umat Islam. Upaya pembelaan umat Islam secara terorganisasi merupakan hal mendesak yang dilakukan karena globalisasi saat ini sudah menjelma menjadi penjajahan gaya baru. Melalui upaya-upaya pemaksaan sistem politik, budaya, dan sosial pada bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Upaya-upaya pengrusakan yang dilakukan umat Islam sendiri perlu dihadapi dengan tegas. Misalnya upaya pembiasan makna pluralitas atau upaya liberalisasi ajaran Islam. Islam sangat menghargai adanya pluralitas dalam hubungan sosial antar berbagai bangsa termasuk hubungan sosial antar umat beragama. Wallahu ‘alam.
Irma Tazkiyya
- Mahasiswa UIN Jakarta, semester 4
- Ketua Umum Pimpinan Komisariat DISTEKPERTUM IMM Ciputat
Langganan:
Postingan (Atom)